1. mengapa orang Indonesia jarang mendapat hadiah nobel ?

Penghargaan Nobel bisa dibilang juga sebagai status tertinggi para tokoh dunia. Lahir dari keinginan penemu besar dinamit, Alfred Nobel (1833-1896). Dilatari penyesalan gara-gara dinamit penemuannya dipakai untuk senjata pemusnah. Menjelang ajal, kekayaannya dipakai untuk sebuah institusi yang bisa memacu terciptanya temuan serta ide gemilang yagn bermanfaat bagi dunia. Lalu didirikanna Nobel Foundation pada tahun 1901 dan diresmikan dengna memberikan penghargaan Nobel pertama kepada 6 orang tokoh.
Tiap tahun, acara pemberian Nobel ini digelar pada tangal 10 December yang bertepatan dengan tanggal wafatnya Alfred Nobel. Acara pemberian Nobel ini digelar di Stockholme Concert Hall, Swedia. Untuk penghargaan dibidang perdamaian, acara pemberian digelar di Oslo City Hall, Norwegia.
Pemilihan peraih Nobel tidak gampang, untuk menentukan siapa yang berhak meraih Nobel melibatkan 3000 orang. Orang-orang tersebut berasal dari Lembaga Pemerintahan, Mahkamah Internasional, para Rektor, para Guru Besar, lembaga-lembaga penelitian, penerima-penerima Nobel sebelumnya, dan anggota dari Nobel Foundation di seluruh dunia. Proses ini memakan waktu setahun.

Kita pun jangan pernah bermimpi komite Nobel bakal memberikan hadiah Nobel Perdamaian kepada sosok pejuang hakiki seperti Malcolm X. Tokoh kelahiran Nebraska, Amerika Serikat, yang begitu gigih memperjuangkan anti diksriminasi dan persamaan hak bagi kaum Afro-Amerika yang sering dikonotasikan dengan kaum negro yang terdiskriminasikan. Malcom X berkata “Saya tahu masyarakat seringkali membunuh orang-orang yang berusaha mengubah mereka menjadi lebih baik. Jika saya mati dengan membawa cahaya bagi mereka dengan membawa kebenaran hakiki yang akan menghancurkan kanker rasisme yang menggerogoti tubuh Amerika Serikat semua itu terserah kepada Allah SWT. Sementara itu kesalahan atau kekhilafan dalam upaya saya itu semata-mata adalah dari saya sendiri”. Itulah pesan terakhirnya dalam buku “Malcolm X”, sebuah otobiografi yang ditulis oleh Alex Harley. Sekali lagi, kita jangan pernah berharap Nobel Perdamaian akan diberikan kepada dirinya karena Nobel Perdamaian lebih layak dibagi-bagikan kepada mereka yang condong ke arah yang sesuai dengan kepentingan negara-negara Barat dan sekutunya meskipun pada dasarnya hanya perpecahan yang dihasilkan. Tunggu saja Xiaobo-Xiaobo selanjutnya yang akan tampil di Oslo, Norwegia.

kita tentu sangat merindukan dan mengharapkan Nobel Perdamaian dapat diberikan kepada orang-orang yang tepat seperti yang telah diberikan kepada Jean Henri Dunant (1901), Nelson Mandela (1993), atau Muhammad Yunus (2006), bukan sebaliknya, yang hanya memuaskan hasrat kepentingan negara tertentu yang justru menjatuhkan nilai dan kredibilitas Nobel Perdamaian itu sendiri. Alhasil, peran hadiah Nobel Perdamaian dalam menciptakan keamanan dan perdamaian dunia akan semakin minim dan semakin tidak dihargai. Pemberian Nobel Perdamaian terlalu bias kepentingan negara maju. Maka, jangan heran seorang Mahatma Gandhi dari India dan Sari Susseibeh dari Palestina atau Malcolm X dari Amerika Serikat tak akan pernah mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian.



0 komentar:

Posting Komentar